Name : Shan Xiao Mei
Gender : Female
Status : Student, kelas 1
Flame : Thunder
Birth : 5 Mei 2005
Age : 15
Height/Weight : 154/42
Character Description : - rambut hitam sebahu
- mata hitam
- Chinese
- pendek
- kulit putih
- Spoiler:
Like : - Tidur dan bersantai
- Cake dan makanan yang manis
- Orang yang tidak cerewet
Dislike : - Dibilang pendek atau apapun yang menyiratkan tentang tingginya
- Diperintah/disuruh-suruh/dinasehati orang lain
- Belajar dan pelajaran
Personality : - Childish, Manja, dan crybaby
- Keras kepala dan tidak mau mengalah
- Jarang bisa mendengarkan orang lain
- Tidak suka dikekang peraturan, selalu mengikuti apa yang menjadi maunya
- Paling tidak suka diperintah/ disuruh-suruh orang lain
- Sebetulnya polos di dalam
Weakness : - Crybaby
- Konsentrasi mudah pecah saat diganggu
- Tidak pernah pikir panjang dalam melakukan sesuatu
- Stamina jelek, mudah lelah
Talented In : - Wushu (bisa berbagai macam senjata, hanya tidak terlalu ahli)
- Mengalihkan pembicaraan
Status : Single
Visualisation : Horikita Maki
Weapon : Jiujiebian
Length approx. 60 inch
- Spoiler:
Animal BoxName : Spino di Fulmine
Species : Himalayan Porcupine
Ability :-With Weapon : Membentuk tameng yang berduri serta dikelilingi flame Thunder berwarna hijau. Merupakan defense yang sangat kuat, mampu menahan serangan selama 2 post bersih. Tameng tersebut mampu membalikkan serangan (serangan bukan dalam bentuk senjata fisik) yang datang sebesar 25%. Tameng hanya dapat sebagai defense, sebagai offense hanya mengandalkan duri yang tajam sehingga lawan tidak mendekat. Butuh waktu cooldown 2 post bersih.
-Without Weapon : Bila diselimuti flame Thunder, Spino akan membesar seukuran dengan anjing, dan durinya akan bertambah tajam dan panjang.
- Spoiler:
First Role Play : “Adam?”
Sepasang iris kehitaman itu memandang ke arah seorang pria paruh baya di hadapannya. Dalam kedua bola mata tersebut, tersirat makna kata yang tak terucap dari bibir tersebut, penolakan. Sebagai ganti rangkaian kata yang tak terucap, bibir tersebut mengatup, cemberut. Ditujukan pada sang pria paruh baya yang berwajah tegas di hadapannya, tanda tak setuju. Namun tetap ditahannya semua kata yang ingin dikeluarkan mulut tersebut, mencoba bersabar untuk menunggu jawaban dari pertanyaannya.
“Akademi mafia.”
Mendengus, lalu memalingkan muka. Ingin rasanya bibir tersebut mengeluarkan suara tawa. Akademi Mafia? Khayalan, mungkin? Apakah sang Papa sangat ingin anak satu-satunya itu menjadi seorang pemimpin mafia di China nantinya? Meski ia adalah seorang perempuan, di mana seorang ayah biasanya menginginkan anak perempuannya menjadi seseorang yang lembut, bukannya menjadi bos mafia? Hell, sang mama bisa menangis meraung-raung di surga bila mendengar hal itu. Mungkin.
“Tidak akan, Papa. Tidak minat.”
Masih tidak mau memandang sang Papa, ia memilih untuk memandang kolam ikan di luar ruangan tersebut. Mendadak pergerakan hewan tak berkaki tersebut terlihat begitu menarik di matanya, jauh lebih menarik ketimbang membicarakan soal Adam dan mafia. Sayangnya, lain orang lain pikiran, setidaknya pemikiran sang Papa begitu terbalik dengan putrinya sendiri.
“SHAN XIAO MEI!”
Sang gadis tersentak, otomatis memandang ke arah sang Papa. Tubuh kecilnya bergetar, dan air mata mulai menggenangi pelupuk matanya. Takut. Orang lain boleh bilang dirinya pembangkang, tak tahu aturan, semaunya sendiri. Tapi satu hal yang ia tak berani hadapi, amarah sang Papa. Baginya itu lebih menyeramkan ketimbang neraka, setidaknya sampai saat ini. Wajahnya kemudian tertunduk, sesaat setelah melihat wajah sang Papa.
“Kau. Satu-satunya penerus Papa. Turuti keinginan Papa kali ini.”
Mengangguk, meski dalam hati memaki tak setuju. Pasrah, meski ingin melawan. Ditelannya bulat-bulat segala keinginan tersebut, dan diterimanya segala perintah sang Papa. Perintah Papa adalah kata-kata absolut baginya. Apa mungkin takdir telah digariskan, bahwa dirinya harus menjadi seorang mafia nantinya?
Adam…..Timeline : 28 September 2020
Place : Shanghai